Popular Posts

Tampilkan postingan dengan label KasKus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KasKus. Tampilkan semua postingan

Bahasa Inggris Jadi Bahasa Pengantar di Sekolah, Setujukah Kamu?

Assalamualaikum...
Bahasa Inggris kini tak terasa sedang 'menjajah' negeri tercinta kita, Indonesia. Mulai dari hal kecil sampai hal yang besar. Berikut ini artikel yang sumber sebenarnya dari detik.com namun Saya temukan di pesbuk. xixixixi.. Sikad dah!



Bahasa Inggris Jadi Bahasa Pengantar, Nasionalisme Luntur


Pemberlakuan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam sekolah negeri bertaraf internasional dinilai tidak berdampak pada kualitas murid. Alih-alih meningkatkan kualitas, malah pendidikan melanggar konstitusi dan melunturkan semangat nasionalisme dari generasi muda.

 "Ya iyalah melanggar konstitusi. Masa bahasa asing jadi bahasa pengantar di negeri sendiri," kata guru SMA 13 Jakarta, Retno Listyarti saat berbincang dengan detikcom, Rabu (25/4/2012).

 Menurut guru pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, dalam UUD 1945 pasal 31 dan 32 jelas menyatakan Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Sehingga sangat janggal pendidikan sebagai sarana penanaman ilai-nilai kebudayaan bangsa malah digeser oleh bahasa asing.

"Ki Hajar Dewantara membubuhkan pasal pendidikan dan budaya ke UUD 1945 supaya orang Indonesia mengenal budaya Indonesia. Bahkan Presiden Soekarno memerintahkan kedutaan besar Indonesia yang ada di luar negeri supaya membuka sekolah berbahasa Indonesia supaya orang Indonesia bisa mengenal budaya Indonesia," papar guru yang juga Koordinator Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ) ini.

 Dengan fakta demikian, maka dikhawatirkan generasi bangsa akan luntur menyelami semangat nasionalisme. Yaitu bisa mengajar dengan menggunakan Bahasa Inggris dianggap sudah berkualitas. Murid juga didoktrin apa-apa yang berbau internasional dianggap berkualitas.

 "Apa yang berbahasa Inggris itu selalu hebat? Kita kan punya bahasa nasional, kenapa tidak digunakan?," ujar pengajar yang sekolahnya sudah dijadikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ini.

 Dalam sistem RSBI, Bahasa Inggris ini dijadikan sebagai bahasa pengantar pada mata pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi dan Bahasa Inggris. Karena mengejar trend pengantar Bahasa Inggris, maka banyak sekolah berlabel internasional di Jakarta mempekerjakan guru asing dengan kualitas minim.

 "Banyak guru asing di Jakarta digaji Rp 32 juta karena bisa mengajar dengan berbahasa Inggris sedangkan guru kita jauh di bawahnya. Padahal kualitas materi yang di sampaikan kalah dari guru-guru kita," ungkap Retno.

 Secara pribadi Retno menolak bahasa pengantar berbahasa Inggris bukan karena tidak bisa berbahasa Inggris. Tetapi karena bahasa menjadi sarana pengantar penanaman nilai-nilai kebudayaan bangsa. Terkait kualitas, siswa SMA 13 mengalami dampak signifikan diajar menggunakan bahasa pengantar berbahasa Inggris.

 "Enggak ada dampaknya tuh. Sama aja," papar Retno.

 Seperti diketahui, para orang tua murid dan aktivis pendidikan menguji Pasal 50 ayat (3) UU Sisdiknas yang mengaku tak bisa mengakses satuan pendidikan RSBI/SBI ini lantaran mahal. Mereka adalah Andi Akbar Fitriyadi, Nadia Masykuria, Milang Tauhida (orang tua murid), Juwono, Lodewijk F Paat, Bambang Wisudo, Febri Antoni Arif (aktivis pendidikan).

 Mereka menilai pasal yang mengatur penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional itu diskriminatif. Keberadaan pasal itu menimbulkan praktek perlakuan yang berbeda antara sekolah umum dan RSBI/SBI. Misalnya, dalam sekolah umum fasilitasnya minim dan guru-gurunya kurang memenuhi kualifikasi. Sementara di sekolah RSBI fasilitas lengkap dan guru-gurunya berkualitas. RSBI juga menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar.

 Siswa Cas Cis Cus Berbahasa Inggris Kebanggaan Semu


Tren Bahasa Inggris menyihir para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah berlabel internasional dari tingkat SD hingga SMA. Para orang tua merasa bangga apabila anak-anaknya bisa cas cis cus berbahasa Inggris dengan lancar.

 "Itu kebanggaan semu. Kalau sudah bisa lancar berbahasa Inggris, terus mau apa? Apakah menunjukan kualitas?" kata sejarawan Asvi Warman Adam saat berbincang dengan detikcom, Rabu (25/4/2012).

 Menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini, siswa yang bisa berbahasa Inggris dengan lancar tidak menunjukkan kualitas ilmu pengetahuan siswa. Sebab mutu pendidikan ditentukan banyak hal, sedangkan bahasa hanyalah alat pengantar saja. Mirisnya, menurut Asvi, Bahasa Inggris di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) diterapkan sebagai bahasa baku dalam peraturan tertulis.

 "Apakah ketika sekolah menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, itu berarti kualitasnya internasional? Masa hanya karena berbahasa Inggris lalu sudah bangga," ujar Asvi.

Selain menumbuhkan kebanggan semu, penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dapat mengikis kecintaan dan semangat persatuan bangsa. Dia mengingatkan bahwa Indonesia bisa bersatu dengan Bahasa Indonesia sejak dideklarasikan pada Sumpah Pemuda 1928.

 "Indonesia itu terdiri dari berbagai suku dan bahasa. Kita bersatu karena ada Bahasa Indonesia, itu suatu kebanggan. Timor Timur saja yang sudah merdeka ingin Bahasa Indonesia dijadikan bahasa utama karena Bahasa Indonesia mudah dan sudah diterima masyarakat. Kalau bahasa Inggris atau Portugis atau bahasa suku setempat banyak yang ditolak," ungkap Asvi.

 Seperti diketahui, para orang tua murid dan aktivis pendidikan menguji Pasal 50 ayat (3) UU Sisdiknas yang mengaku tak bisa mengakses satuan pendidikan RSBI/SBI ini lantaran mahal. Mereka adalah Andi Akbar Fitriyadi, Nadia Masykuria, Milang Tauhida (orang tua murid), Juwono, Lodewijk F Paat, Bambang Wisudo, Febri Antoni Arif (aktivis pendidikan).

 Mereka menilai pasal yang mengatur penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional itu diskriminatif. Keberadaan pasal itu menimbulkan praktek perlakuan yang berbeda antara sekolah umum dan RSBI/SBI. Misalnya, dalam sekolah umum fasilitasnya minim dan guru-gurunya kurang memenuhi kualifikasi. Sementara di sekolah RSBI fasilitas lengkap dan guru-gurunya berkualitas. RSBI juga menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar.

"Kalau saya pribadi menolak RSBI, selain penggunaan Bahasa Inggris, karena menimbulkan kesan asal sudah mengajar dengan Bahasa Inggris maka sudah berkualias internasional," tuntas Asvi.

Bahasa Indonesia Vs Bahasa Inggris di Persimpangan Jalan


 Penolakan penggunaan Bahasa Inggris di sekolah pemerintah berlabel internasional mengemuka di sidang Mahkamah Konstitusi (MK). Sebab Indonesia mempunyai bahasa nasional dan menjadi lambang kebanggaan bangsa. Bahkan Bahasa Indonesia pernah diusulkan menjadi bahasa resmi dalam berbagai kesepakatan parlemen negara-negara Asia Tenggara.

Berikut anjuran dan penggunaan Bahasa Indonesia dalam berbagai peristiwa seperti dicatat detikcom, Rabu (25/4/2012):

Masa Orde Baru

Presiden Soeharto mengeluarkan peraturan supaya nama-nama toko, bank, hotel dan
tempat umum menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa asing yang di-Indonesia-kan.

 21 Februari 2001

Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengeluarkan Inpres No 2/2001 tentang Penggunaan Komputer dengan Aplikasi Berbahasa Indonesia. Dalam intruksi itu Gus Dur memerintahkan Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Pendidikan Nasional untuk membakukan istilah-istilah komputer ke dalam bahasa Indonesia serta mengambil langkah-langkah inisiatif membuat aplikasi komputer berbahasa Indonesia, serta mensosialisasikan kepada masyarakat Indonesia. 
7 Mei 2011

Lembaga ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) atau Majelis Antar Parlemen ASEAN akan memasukkan penggunaan Bahasa Indonesia itu dalam statuta ASEAN. Usulan tersebut diterima sebab Bahasa Indonesia dimengerti oleh hampir sebagian besar masyarakat di Asia Tenggara.

"Itu yang akan diubah dalam statuta AIPA. Kita nggak tahu ASEAN, tapi AIPA sesuai usulan Indonesia waktu lalu dan diterima seluruh delegasi," kata Ketua DPR RI Marzuki Alie saat itu.

 16 November 2011

Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pembukaan KTT ASEAN di Bali menggunakan Bahasa Indonesia. "Dengan meninggalkan kebiasaan menggunakan Bahasa Inggris pada forum internasional, SBY telah melakukan hal yang positif," ujar Guru Besar Hukum Internasional FH UI, Hikmahanto Juwana.

24 April 2012

Pakar bahasa Abdul Chaer menyampaikan keterangan sebagai ahli di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK bahwa penggunaan pembakuan bahasa Inggris dalam program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) melanggar konstitusi.

"Jelas bahwa penggunaan Bahasa Inggris di RSBI yang siswanya adalah anak-anak Indonesia dan untuk memberikan ilmu adalah bertentangan dengan amanat konstitusi yang disebut pada UU No 24/2009," ungkap Abdul.

Namun tidak selamanya anjuran tersebut dipatuhi oleh pejabat. Misalnya saja pada 3 Januari 2011. Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka pasar bursa di Bursa Efek Indonesia dengan pidato bertabur Bahasa Inggris. Mengawali pidatonya, Presiden mengatakan "Dalam melakukan evaluasi, kita harus merujuk pada parameter dan ukuran yang jelas. Correct measurement."

"Pemulihan ekonomi untuk menjaga kesejahteraan rakyat, atau dengan bahasa bebas saya katakan minimizing the impact of the global economic crisis," demikian salah satu petikan istilah Inggris yang disampaikan SBY.

Jadi, mari kita utamakan bahasa kita Sobat Blogger! Yuk bikin beragam hal dengan bahasa Indonesia!!! ^^

2 Sejarah Forum Besar Indonesia

Assalamualaikum...
Kali ini kita bahas Forum. Forum adalah suatu web yang beranggotakan member-member yang terdaftar dalam forum tersebut. Nah, forum ini sebenarnya seperti tempat diskusi antar member melalui internet dan tak bersifat chat. Oya, berikut ini forum-forum yang paling sering dijumpai oleh Sobat Blogger.

Kaskus
Apakah pernah terpkir oleh mimin Andrew bila website yang dibangunnya pada 1999, ketika masih bersekolah di Amerika, saat ini jadi forum online terpopuler di Indonesia.
Namanya Kaskus singkatan das: Kasak Kusuk.
Sesuai namanya situs ini dijadikan tempat berkasak kusuk oleh hampir 1,5jt member Kaskus.

Mereka membicarakan topik apa saja dan membentuk komunitas. Saat ini terdapat 187 komunitas yang menjadi bagian dari Kaskus.

Mulanya Kaskus yang dikembangkan oleh Andrew, Ronald, dan Budi ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah mereka.
Konsep awal Kaskus sebenarnya adalah situs yang mampu mengentaskan dahaga mahasiswa Indonesia di luar negeri akan kampung halaman melalui berita-berita Indonesia. “Sayangnya tak ada di antara kami yang bisa menulis berita, akhirnya kamia hanya mere-write berita-berita tentang Indonesia dari CNN,” ujar Andrew.

Setelah berjalan beberapa lama, Budi dan Ronald (sangat disayangkan)mengundurkan diri karena menganggap Kaskus sama sekali tidak menghasilkan keuntungan, hanya menghabiskan waktu yang mereka punya. Hanya Andrew yang kemudian bertahan, namun Kaskus terpaksa vakum selama 8 bulan.“Lalu Ken datang ke Amerika dan memberitahu saya hal penting,” ujar Andrew. “Dia bilang kalau penggemar Kaskus di Indonesia cukup besar,” lanjutnya.
Ken yang juga sepupu dari Andrew memaksanya untuk pulang dan mengaktifkan Kaskus kembali. “Sayang teknologinya sudah ada tapi tidak dipakai,” saran Ken:tumbup:
Kaskus kemudian diaktifkan kembali dengan konsep berbeda. Situs ini tak lagi diisi oleh berita-berita CNN, melainkan menjadi sebuah forum di mana tulisan-tulisan diposting sendiri oleh para kaskuser (pengguna Kaskus).

Konsep tersebut membuat pengunjung Kaskus meningkat. “Orang Indonesia memang dasarnya cerewet makanya ketika konsep diganti menjadi forum online, makin tambah ramai,” ujar Andrew sambil tertawa.

Dibukanya kebebasan bagi para member untuk memposting tulisan mereka, membuat Kaskus kebanjiran konten-konten porno. Hal ini yang mendorong Andrew untuk menyediakan rubrik khusus berbau seks dengan nama BB-17. “Bila di sejumlah wilayah Indonesia ada wilayah lokalisasi PSK, di situs ini kami juga menyediakan lokalisasi untuk konten-konten porno itu daripada mereka memposting semua konten itu di sembarang tempat ” ujarnya.

Sejak saat itu diakui Andrew, Kaskus identik dengan situs porno, padahal masih banyak rubrik lain yang bermamfaat.

Namun, di tahun 2008 ketika kembali ke Indonesia, pada saat bersamaan terbit UU ITE. Sebagai bentuk kesadaran, Andrew mengambil keputusan untuk menghapuskan BB-17 dan membersihkan Kaskus dari konten porno.“Anehnya pengunjung Kaskus bukannya berkurang tapi malah bertambah terutama member perempuannya,”aganwati tuturnya.
Dari sebelumnya hanya 400 ribu pengguna meningkat menjadi 1.400 ribuan pada 2010,. Selain itu 95% server yang digunakan Kaskus dipindahkan dari Amerika ke Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas akses pengguna.
Seiring dengan bertambahan jumlah kaskuser, konsep situs Kaskus pun mulai cenderung berubah sebagai market place. Lambat laun banyak yang menggantungkan hidupnya dengan berjualan di Kaskus.

“Seorang kaskuser ada yang menjual keripik pisang di Kaskus dan jualannya sangat laku hingga 3.000 order per hari, tak hanya itu ada pula yang kerjaannya menjual kamera di Kaskus dan setiap minggu dia bisa menghasilkan omset hingga 100 juta rupiah,” tutur Andrew.
“Kami senang karena situs yang kami buat ini bisa membantu orang lain dan berperan serta memajukan “ekonomi kerakyatan,” canda Andrew.
Demi mempertahankan member yang sudah ada, Andrew dan Ken memiliki trik tersendiri. Mereka berusaha untuk mendekatkan diri kepada para member dan mau mendengarkan serta merespon keluhan yang mereka sampaikan dengan baik. “Lagipula Andrew gampang dikontak sehingga member memiliki ikatan yang kuat dengan kami,” sahut Ken.

Menurut Ken industri kreatif seperti yang mereka lakukan saat ini memiliki prospek bisnis yang bagus. “Bisnis ini ibarat tanah kosong di Sudirman yang di masa datang, nilainya akan semakin tinggi,” ungkap Ken. (Aset kaskus kalo djual 6jt dolar gan)

Menurutnya dalam bisnis internet, pengusaha bisa melakukan trial and error dengan mudah, sehingga mereka tidak perlu takut gagal karena tidak ada konsekuensi materil yang besar. Namun menurut Ken agar industri seperti ini bisa maju, harus dilakukan oleh banyak pemain secara massal untuk menghasilkan persaingan yang luas dan ketat.“Harus ada keinginan kuat dari masyarakat Indonesia untuk mengembangkan industri kreatif ini.

Sehingga pada saatnya nanti masyarakat Indonesia tidak perlu lagi mengakses situs buatan luar negeri,” ujar Ken. Bahkan boleh jadi nantinya situs Indonesia pun digemari masyarakat dunia.
Source : KasKus.US
·Sign Up to KasKus NOW! Click Here!·

Indowebster (IDWS)
Ia tak tahu pasti sudah berapa ribu server yang telah ia jebol. Sebagai seorang peretas, Juny Maimun memang gemar sekali masuk ke server orang. Bukan untuk mengeruk keuntungan, namun sekadar untuk mempelajari source code aplikasi, atau desain sebuah database.
Itu adalah Juny Maimun yang dulu. Pria yang kerap disapa Acong itu, beberapa tahun lalu memang aktif di komunitas ‘bawah tanah’ AntiHackerlink. Di kalangan peretas, ia dikenal dengan nama nick ‘Bagan’.
Tapi Acong sudah tobat. Ia tak mau lagi merugikan orang lain. Sebagai penganut agama Budha taat, Acong percaya betul dengan Karma. Kini, ia tengah mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi informasi yang tengah berkembang pesat.
“Sekarang saya cuma pingin nebus dosa,” kata Acong, saat diwawancara VIVAnews di Gedung Cyber, Jakarta, Rabu 17 Februari 2010. Bahkan, ia justru menyeru rekan-rekan sesama hacker yang salah jalan, untuk insaf kembali ke ‘jalan yang benar’.

Pelan-pelan, pria kelahiran Bagan Siapi-api, 29 tahun lalu itu, mengajak teman-teman cracker (hacker kriminil) untuk beralih menjadi pengusaha konten, pengembang aplikasi, atau bergabung dalam proyek-proyek yang ia kerjakan.
“Apa sih yang didapat dari aktivitas hacking?” Pertanyaan itu biasanya ia lontarkan untuk menyadarkan teman sejawat peretasnya. Sebab, Acong yakin, walau kegiatan carding (menjebol kartu kredit orang lain) bisa membuahkan hasil yang sepadan dengan harga sebuah kapal pesiar, namun hasil uang panas itu akan cepat ‘menguap’ tak tersisa.
Kini, Acong sibuk dengan tiga proyek yang ia jalankan. Yakni, bisnis warung internet (warnet), usaha penyediaan jasa internet (ISP), dan menjalankan situs bagi pakai file, foto, dan musik: Indowebster.
Usaha warnet sudah ditekuni sejak Acong masih kuliah di New College Stamford. Dari pertama Acong hanya punya satu warnet, kini, bekerja sama dengan rekannya, ia mengoperasikan sekitar tujuh buah warnet. Selain bisnis warnet, Acong juga memiliki ISP bernama Maxindo Mitra Solusi.
Sementara Acong mulai terjun ke dunia web saat mendirikan forum khusus bagi para pecinta game, bernama Indogamers. Di forum ini, Acong juga mendorong anggota komunitas untuk tak cuma berdiskusi, tapi juga berani membuat server game.
Kemudian, sekitar 3 tahun lalu, Acong mendirikan sebuah situs bagi pakai file bernama Indofile. Dari kocek pribadinya, Acong menginvestasikan dana sekitar Rp 50 juta untuk membeli server untuk keperluan situs bagi pakai file.
Situs ini bertahan selama setahun. Hingga pada akhirnya, Acong mengubah Indofile menjadi Indowebster. Konsepnya juga mengalami perubahan. “Indowebster merupakan perpaduan dari Rapidshare, ImageShack, dan YouTube,” kata Acong.
Jadi tak sekadar mengunduh dan mengunggah file, tapi pengguna juga bisa mengunggah foto dan video di Indowebster. Ke depan Acong sedang mempersiapkan sebuah strategi baru untuk memperluas layanan Indowebster, yaitu menyediakan layanan TV internet.
Uniknya, tak seperti pengusaha web lain yang mengejar profit atau keuntungan, dalam mengelola Indowebster, Acong sama sekali tak mau menarik keuntungan dari situs web ini. Sebab, hal ini terkait erat dengan filosofi yang dipegang teguh oleh Acong: Internet adalah tempat berbagi, sehingga tak sepatutnya bila sebuah situs web mengutip keuntungan.
Walaupun tak mengkomersialkan Indowebster, Acong tak pernah takut situs itu bangkrut, karena untuk membiayai operasional Indowebster, Acong mengambilnya dari berbagai keuntungan yang ia dapatkan dari bisnis ISP dan proyek-proyek yang ia kerjakan bersama tim pengembangan mereka.
“Kebaikan yang kita lakukan pasti akan membawa feedback. Semakin kita berbagi, semakin kita akan mendapatkan sesuatu. Kenapa musti takut berbagi?” kata Acong. Buktinya, kata dia, total investasi dari perangkat-perangkat yang dimiliki Indowebster, kini sudah mencapai paling tidak Rp 1,3 miliar.
Menurut Acong, praktek berbagi yang ia terapkan merupakan pengejawantahan dari prinsip Open Source. Ia sangat mendukung penyebaran ilmu atau teknologi secara terbuka dan cuma-cuma, sehingga semua orang bisa menikmatinya.
“Kalau semua orang go open source, tidak ada orang yang kelaparan. Sebab, open source membuka peluang kontribusi kepada semua orang, tidak hanya kepada orang atau kalangan tertentu saja. Dunia akan lebih sejahtera dengan open source,” kata suami dari Wiwik Huang itu.
Tip berbagi dan keterbukaannya itu ternyata tidak hanya dipraktekan pada urusan bisnis semata. Acong juga menerapkannya saat berinteraksi dengan para karyawan. Ia memberikan kesempatan yang sangat besar kepada karyawan-karyawannya untuk maju.
Alim Bachtiar, 19 tahun, adalah salah satu buktinya. Empat tahun lalu, pemuda kelahiran Boyolali itu adalah juru parkir, saat pertama kali bekerja di warnet milik Acong. Namun, Alim yang ‘cuma’ jebolan SMP itu, kini memegang tanggung jawab menangani core routing koneksi wireless ke klien Maxindo.
“Tak selalu membutuhkan titel pendidikan yang tinggi untuk sebuah tanggung jawab yang besar. Semua orang bisa mempelajari teori, tapi pengalaman adalah sesuatu yang paling bernilai,” kata Acong.
Saat diwawancara VIVAnews, Rabu 17 Februari 2010, Alim mengatakan bahwa Acong tak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan agama, ras, etnis, dan lain-lain. Acong sering membantu menyiarkan siaran langsung sebuah acara pengajian majelis taklim, ke situs Indowebster.
Tak hanya itu, selama ia bekerja, Alim mengaku tak pernah dibentak atau mengalami perlakuan kasar dari Acong. “Saya bangga punya atasan Pak Acong,” kata Alim. Tak terbatas urusan kerjaan, Acong bahkan juga kerap menjadi sasaran curhat Alim, saat ia sedang ada masalah keluarga.
Bagi Acong sendiri, menjadi pengusaha di bidang TI seperti saat ini bukan cita-citanya sejak kecil, karena Acong mengaku tak pernah punya cita-cita di waktu kecil. Hanya saja, pekerjaannya saat ini memang sangat cocok dengan kegemaran dasarnya, yaitu menyediakan sesuatu untuk digunakan orang lain.
“Bila sesuatu yang kita sediakan bermanfaat bagi orang lain, rasanya ada kepuasan tersendiri,” ujar hacker tobat itu dengan kalem.
Source : Vivanews.com
·Sign Up to IDWS NOW! Click Here!·